Jayapura, 13/1 (Jubi)- Penangkapan terhadap Markus Haluk, Sekjen
AMPTPI dan sejumlah aktivis Papua oleh aparat saat hendak melakukan
demonstrasi penjemputan delegasi MSG di depan kantor Dewan Perwakilan
Rakyat Papua (DPRP) adalah bukti bahwa Indonesia tidak menghargai
kebebasan orang untuk berekspresi.
“Penangkapan ini mencerminkan pelanggaran terhadap kebebasan
berekspresi di Papua yang dijamin oleh hukum Indonesia maupun konvensi
internasional.” kata Andreas Harsono, peneliti Indonesia dari Human
Rights Watch, Senin (13/1).
Menurut Andreas, penangkapan ini justru menjadi bukti buat delegasi
MSG bahwa hak-hak orang Papua sering dilanggar oleh aparat keamanan
Indonesia.
Selama tidak ada aksi anarkis, lanjut Andreas, kebebasan dan hak orang untuk berpendapat harus dihormati.
“Aparat harus hormati hak orang berpendapat. Selama mereka tak lakukan kekerasan, selama tak ada bakar-bakar atau pukul orang, selama itu pula tak boleh ada penangkapan,” tegas wartawan senior di Indonesia ini.
“Aparat harus hormati hak orang berpendapat. Selama mereka tak lakukan kekerasan, selama tak ada bakar-bakar atau pukul orang, selama itu pula tak boleh ada penangkapan,” tegas wartawan senior di Indonesia ini.
“Pemerintah Indonesia harus hormati hak orang Papua. Alasan MSG
datang ke Jayapura karena pemerintah menawarkan MSG lihat sendiri
keadaan di lapangan. Kok orang protes malah ditangkap? Ini iklan buruk
buat Indonesia,” tambahnya lagi.
Di tempat berbeda, Ketua Persekutuan Gereja-gereja Baptis di Papua
(PGBP), Pendeta Socrates Sofyan Yoman berpendapat di Papua tidak ada
lagi kebebasan. Rakyat Papua benar-benar ditindas, benar-benar dijajah,
ruang kebebasan berekspresi untuk orang Papua benar-benar dibungkam,
serta martabat orang Papua dihancurkan dan diinjak-injak oleh pemerintah
Indonesia.
“Dari sisi positif dari penangkapan puluhan aktivis tadi adalah
melalui penangkapan itu Indonesia sudah menunjukkan kebodohannya bahwa
Indonesia bukan lagi negara demokrasi tetapi negara yang menggunakan
kekuatan negara untuk menindas rakyat Papua,”kata Socratez.. (
0 komentar:
Posting Komentar