Home » , » Perempuan dan Upaya Perdamaian

Perempuan dan Upaya Perdamaian

Unknown | 02.11 | 0 komentar
Mendengar tentang pentingnya perempuan dilibatkan dalam upaya-upaya perdamaian, jelas bukan hal yang baru. Tetapi jika mendengar penjelasan itu dari seorang yang sudah berpengalaman terlibat dalam upaya-upaya perdamaian, menjadikan sesi bersama Shadia Marhaban menjadi istimewa.

Shadia membuka pikiran peserta tentang sudut pandang melihat konflik. “Jangan melihat konflik hanya dari selembar kulit saja, tetapi selapis demi lapis hingga akar masalahnya agar dapat memecahkan kebuntuan dalam dialog,” ujarnya yang melukiskan konflik sebagai seumbi bawang. Ia pun menggambarkan cara pandang memecahkan kebuntuan perdamaian dengan mengembangkan banyak opsi perdamaian yang dapat ditempuh perempuan.

Lahir di Banda Aceh 20 Maret 1969, Shadia merupakan satu-satunya perempuan yang aktif berpartisipasi dalam tim negosiasi Gerakan Aceh Merdeka (GAM) di perundingan damai 2005, yang menghasilkan berakhirnya konflik di Aceh. Sebelumnya, selama GAM dan pemerintah Indonesia berkonflik, Shadia bekerja sebagai wartawan dan penerjemah serta menjabat sebagai koordinator Sentral Informasi untuk Referendum Aceh (SIRA). Pada 1999, bersama SIRA ia mengorganisir reli massa damai di Banda Aceh di mana hampir satu juta orang bersatu menuntut referendum. Perempuan yang mengenyam pendidikan tinggi Hubungan Internasional di Universitas Nasional dan Arabic di American University in Cairo ini pun terlibat dalam Jeda Kemanusiaan, sebuah gerakan perdamaian pertama di Aceh yang banyak beranggotakan perempuan dari masyarakat sipil. Di 2001, melalui Moratorium Dialog, Shadia menggalang dukungan internasional untuk Aceh.


Komitmen! Perempuan lebih memiliki keberpihakan dan kepedulian yang digunakan untuk membangun  komitmen. Anak dan perempuan adalah korban konflik. “Kepedulian terhadap anak dan sesama perempuan selalu menjadi pertimbangan perempuan dalam melakukan upaya perdamaian, ” ujarnya. Setelah konflik Aceh berakhir, Shadia tetap pada komitmen awalnya, bekerja untuk bagi perdamaian dan masyarakat Aceh.

Kini, sebagai presiden Liga Inong Acheh (LINA), Shadia mengawasi beragam program LINA yang berdedikasi untuk memberdayakan perempuan Aceh (http://www.lina-acheh.com). Seiring itu, selain berperan sebagai anggota dewan pendiri untuk Sekolah Perdamaian dan Demokrasi di Aceh, Shadia merupakan peserta aktif di beberapa dialog nasional dan internasional sekitar isu-isu perempuan dan keamanan. Di 2009, Shadia menyampaikan pidato utama “Gender dan Mediasi – Bagaimana Meningkatkan Peran Perempuan dalam Negosiasi Perdamaian” pada konferensi di Finlandia, yang diselenggarakan Crisis Management International (CMI). Di 2010, Shadia dipresentasikan Pusat Penelitian Konflik Berghof pada konferensi bertajuk “Merancang Proses Perdamaian Inovatif” di Bogota, Columbia.


Papua memiliki banyak perempuan yang bekerja di bidang HAM dan perdamaian. Hanya saja strategi, tujuan serta kemampuan mempersempit masalah dalam melakukan negosiasi yang harus dilatih. Karena tidak mungkin perempuan mampu menangani semua hal.

Perempuan Papua sudah cukup berpendidikan dan berpengalaman dalam menjadi agen perdamaian. Tak perlu menanti seseorang sehebat Shadia Marhaban untuk membangun sebuah jaringan kerja yang solid dan kokoh. Jika semua perempuan dapat terbuka, saling membantu dan membangun konsolidasi yang baik, pasti bisa menjadi kekuatan besar dalam membangun perdamaian di Papua.


Yang sangat dirasakan menjadi hambatan saat ini adalah meruntuhkan sekat-sekat atas nama senioritas, kelompok, kepentingan dan  golongan, sebab perempuan (anak) adalah korban dari konflik yang umumnya berkelamin laki-laki. Sebuah langkah kongkrit, diinspirasikan oleh seorang Shadia Marhaban, semoga dapat membangun konsolidasi yang baik bagi Perempua Papua. (Angela Flassy)
===========================================
 

Sumber:http://suaraperempuanpapua.org/
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

Share Button
 
Media Merdeka : KNPB NEWS | AMP Jogja | NRPB
Copyright © 2011. YANG TERLUPAKAN - All Rights Reserved
© Copyright 2014 Papua Merdeka
Proudly powered by Blogger