Penembakan aparat kepolisian
hingga tewas untuk kesekian kalinya kembali terjadi di Papua. dua
anggota Brimob yakni Bripda Feriyanto Kaluku dan Bripda Eko Afriansyah
tewas dalam penghadangan kelompok bersenjata di Kampung Wandegobak,
Distrik Mulia, Kabupaten Puncak Wijaya, Papua.
Menanggapi hal tersebut, aktivis Hak Asasi Manusia
Usman Hamid menilai pemerintah harus segera mengivestigasi berbagai
kasus kekerasan di Papua, tanpa melihat siapa dan apa latarbelakang
pelakunya. Pasalnya, menurut Usman, pemerintah wajib memberikan keadilan
bagi setiap keluarga korban penembakan di Papua. “Kita sesalkan
kematian dua anggota Brimob itu. Karena itu Pemerintah harus
sungguh-sungguh mengusut kematian mereka dan segera mengajukan pelakunya
ke pengadilan yang adil,”.
Menurut Usman, kembali terjadinya penembakan tersebut adalah
peringatan bagi pemerintah agar segera menemukan cara dan solusi yang
tepat untuk menciptakan keadilan dan keamanan masyarakat Papua. Ia
menilai, dalam menciptakan kondisi tersebut, pemerintah harus serius
memperhatikan kehidupan masyarakat Papua. “Hukum harus betul-betul
dikedepankan. Pendekatan keamanan harus betul-betul dikurangi, karena
itu hanya membuka peluang berlanjutnya kekerasan, dan mau sampai kapan
aksi kekerasan itu dibiarkan,” kata Usman.
Segera lakukan dialog
Lebih lanjut, Usman menilai, berbagai aksi kekerasan di Papua saat
ini memiliki keterkaitan dengan tuntutan dialog dari masyarakat Papua.
Menurutnya, pemerintah harus segera merealisaikan dialog tersebut
sebagai bentuk keseriusan menangani konflik di Papua.
“Karena jika semakin lambat, maka semakin menguntungkan pihak-pihak yang berkepentingan dengan situasi tidak aman,” kata Usman.
Usman mengatakan, pemerintah pusat harus percaya diri dan mempercayai
kesiapan dirinya untuk berdialog dengan kekuatan politik Papua Merdeka.
Ia menilai, tidak ada kata sulit untuk menjalankan dialog tersebut,
karena kalangan militer sudah memetakan anatomi kekuatan semua pihak
yang menuntut merdeka.
“Artinya kepada mereka lah dialog itu
ditunjukan. Jadi tidak ada kata sulit, jika ingin serius lakukan dialog
itu. Dan ini semua harus didukung dengan adanya pendekatan keamanan
yang proporsional dan hukum yang adil, agar prakondisi sebelum dialog
perdamaian di Papua itu dimulai dapat terjamin dengan baik,” tegasnya.
Seperti diberitakan, berbagai aksi kekerasan dan penembakan terhadap
aparat keamanan dengan pelaku yang tidak dikenal berulang kali terjadi
di Papua sejak lima bulan terakhir. Pada akhir Mei, anggota Kopassus,
Sersan Satu Kamaru Jaman, cedera ditembak orang tak dikenal di Pasar
Ilu.
Pada Juli lalu, Prajurit Satu Lukas Kafiar, anggota TNI Angkatan Darat,
tewas dalam kontak senjata di Kampung Yambi, Distrik Mulia. Pada 24
Oktober 2011, Kepala Kepolisian Sektor Kota Mulia Ajun Komisaris
Dominggus Otto Awes tewas ditembak orang tak dikenal di Bandar Udara
Mulia. Sehari berikutnya, posko Brimob di kawasan Puncak Jaya dihujani
tembakan. Meskipun tidak ada korban jiwa, penembakan tersebut telah
melukai beberapa anggota TNI dan polisi.
Sementara dua anggota Brimob yakni Bripda Feriyanto Kaluku dan Bripda Eko Afriansyah
tewas usai mengevakuasi rekannya yang sakit malaria di Pospol Nando
Tingginambut. Saat hendak pulang, mereka tiba-tiba dihadang oleh sekitar
lima hingga 10 orang kelompok bersenjata di Kali Semen, Kampung
Wandegobak. Bripda Feriyanto, tewas karena ditembak oleh kelompok
bersenjata di bagian leher dan Bripda Eko tewas karena peluru kelompok
bersenjata itu mengenai kepalanya.
=======================================
Sumber:http://globalmaya.wordpress.com/
Home »
KUMPULAN ARTIKEL / OPINI
,
KUMPULAN BERITA NASIONAL & INTERNASIONAL
» Sampai Kapan Kekerasan di Papua Dibiarkan?
Sampai Kapan Kekerasan di Papua Dibiarkan?
Unknown | 10.56 | 0
komentar
Related posts:
If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar